Monday, August 10, 2009

Dinda di rawat

Rabu, 5 Agustus 2009.
Hari ini kontrol pertama pasca melahirkan, baik aku maupun Dinda. Jadwalnya sih ke Dokter anak dulu, baru ke dokter kandungan. Karena tidak puas dengan dokter anak yang menangani Dinda waktu lahir, maka aku ganti dokter.Aku ke RS ditemani ibu mertua, karena suami masih kerja. Setelah nunggu lama akhirnya kami masuk juga ke ruang dokter anak. Alhamdulillah bu Dokternya sabar, ramah dan tutur katanya lemah lembut dan keibuan banget. BB Dinda waktu lahir 2770 gram, kontrol pertama ini BB nya turun menjadi 2500 gram, untuk panjang dan lingkar kepala tetep sama dengan waktu lahir. Untuk penurunan berat badan katanya sih normal untuk kontrol pertama, tetapi BB Dinda lumayan banyak berkurangnya. Kemudian dokter bilang Dinda demam (38 derajat),pucat dan tidak aktif.
Aku bingung yang dimaksud tidak aktif ini dimananya, soalnya pagi -sore emang Dinda seperti itu, banyak diem dan tidur, tetapi kalo malam mulai jam 23 sampai subuh dia aktif banget, ngajakin begadang mulu dan nenen mulu. Untuk suhu tubuhnya, memang setelah lahir dia sempet demam, tetapi waktu di rumah, suhu tubuhnya cenderung stabil di 36 dan 37 (normalnya 36,5 - 37,4). setelah di cek dokter curiga di HB nya yg cuman 9,5. untuk bayi normalnya itu 12 - 26. Tetapi Dokter bilang kl minum ASI nya bagus, harusnya itu tidak jadi masalah. Harusnya saat itu juga ada pemeriksaan test lab darah Dinda untuk mengetahui kadar HB nya. Tetapi dokter suruh cepet2 agar Dinda dirawat di RS Thamrin ato carolus, karena di RS Tambak kurang lengkap peralatannya. Cek darahnya bisa di RS rujukan nanti, biar Dinda gak bolak balik di cek darah.

Sedih, shock dan aku harus segera mengambil keputusan. Telp suami, supaya cepet nyusul ke RS Tambak. sambil menunggu Suami, aku antri ke dokter kandungan buat kontrol dan ganti perban. Alhamdulillah aku diprioritaskan, kemudian ganti perban, konsul bentar ama dokterku, kemudian nebus obat dan ngurus administrasinya. Setelah semua selese, kami meluncur ke RS Thamrin Salemba.

Sesampainya di sana kami menuju UGD, suami ngurus administrasinya, aku nyusuin Dinda di koridor UGD, Dinda rewellll banget, badannya panas. Setelah itu Dinda ditaruh di box kaca, di ukur suhu badannya 39 derajat, duhh aku panik. kenapa kamu Nak? kemudian Dinda diambil darahnya untuk test lab, aku gak tega liatnya, suamiku yg nungguin, aku nangis membelakanginya. Anehnya Dinda gak nangis. Kemudian ditancepin infus di tangan kanannya, aku nangis lagi, gak tega, aku merasakan infus itu umur 26, ini anakku umur 9 hari dah di tusuk2 gitu. Ibu mana yang tega liat tangan mungil anaknya ditancepin jarum? dan lagi2 Dinda gak nangis, kenapa kamu Nak? apa mungkin saking lemesnya dia sampe gak kuat nangis, biasanya popoknya basah aja nangisnya kenceng banget.

Kemudian Dinda dibawa ke ruang NICU/PICU di lantai 4. aku dan suami serta mertua hanya mengantarnya sampai pintu, kami gak boleh masuk. Hancur rasanya hatiku waktu itu, rasanya separuh nyawaku ilang, rasanya gak enakkk banget. tak lama kemudian kami dipanggil suster jaga untuk interogasi riwayat kesehatan keluarga dsb. Karena kami gak bisa nungguin Dinda, akhirnya kami pulang. Dengan beruraian air mata aku meninggalkan RS. Sesampainya di rumah ibuku tanya "Dinda mana? Dinda mana?", menangislah aku, speechless, kami pulang tanpa Dinda, Dinda dirawat di RS dan kami gak bisa nungguin. sedihh...sedihhh banget...

Malam itu aku gak bisa tidur, ragaku ada di rumah tp pikiranku ada di RS, Dinda lg diapain sekarang, dia tidur sendirian dan aku jg sendirian. sedihhh, aku nangissss teruss, meluk2 bantal Dinda yg bau gumoh dan liatin potonya, gak bisa tidur.

Keesokan harinya rasanya aneh, gak ada tangisan Dinda di rumah, rasanya sepiiiii.......sepii....dan sepiii....Beginikah rasanya jadi Ibu???
Aku menantikan jam 12 siang, waktunya besuk Dinda. Tetapi itu menjadi hal yang mengecewakan karena kami hanya bisa melihat dari jarak 2 meter'an, kami gak bisa gendong, peluk ato cium Dinda. Sedih banget rasanya. waktu besuk yang hanya 1 jam berasa singkat.

Menurut informasi dari susternya, Dinda ada infeksi, tapi belum diketahui infeksi dimananya. darah dinda akan diobservasi selama 7 hari, baru keliatan nanti ada infeksi apa. Suster juga meminta persetujuan untuk combine ASI dengan susu formula krn produksi ASI ku menurun, mungkin krn stress. Dengan berat hati dan berpikir 1000x, akhirnya kami menyetujui, demi kesehatan Dinda, meskipun awalnya kami gak rela, karena kami ingin memberikan ASI Eksklusif buat Dinda. Tapi kalo ASI ku dikit banget, kasihan Dinda juga.

Kemudian hari2ku terasa sepi, hampa, gak enak dan penuh ketidakpastian. Kamis malam kami ditelp pihak RS meminta persetujuan untuk transfusi darah ke Dinda karena HB nya ngedrop jadi 8. Sedih gak ketulungan. ...sedih...sedih...dan sedihhhhh............

Jumat siang (7 Agustus 09 ) waktu jam besuk aku liat infus dipindahkan ke tangan kiri, karena yg kanan bengkak. Siang itu aku mengurus administrasi pindah kelas kamar. Alhamdulillah Dinda udah gak di NICU lg dan boleh pindah ke ruang perinatologi/perawatan dan yang lebih menggembirakan meskipun Dinda gak bisa ditungguin tetapi aku bisa nyium dia dan nyusuin dia langsung. Malemnya waktu jam besuk Dinda sedang transfusi darah, kali ini kaki kirinya yang ditancepin jarum, krn tangan kanan dan kirinya sama2 bengkak, hiksss kasihan.
Suster bilang kalo Dinda nolak dikasih susu formula, dia muntah 2 x, dia mau nya cuman ASI, hiks aku jadi terharu, semoga terus begitu yha Nak, dan doakan semoga ASI ibumu ini lancar, amin. waktu aku pangku, aku hanya bilang "Dinda cepet sembuh yha Sayang, cepet pulang ke rumah, ayah dan ibu kangen banget, cepet sembuh yha sayang...cepet sembuh..."

Mohon doanya, semoga anak saya, Dinda diberi kesembuhan oleh Allah dan semoga bisa secepatnya berkumpul kembali bersama kami..

-Jl.Percetakan Negara 2 Gang Kopra 3 No. 20, Johar Baru-
-Sabtu, 8 Agustus 2009 00:16-

Update hari ini Senin, 10 Agustus 2009
Status FB :Pertama kali Dinda diinfus ditangan kanan, karena bengkak, akhirnya dipindah ke tangan kiri, trs bengkak lagi, dipindah ke kaki kiri, trs bengkak lagi, terakhir di tangan kiri..... Alhamdulillah siang ini jarum infus itu dah dilepas, hasil test darah terakhir HB juga dah naek jd 13,5 (masuk RS, HB Dinda cuman 8, batas minimal u/ bayi 12 ke atas)...semoga cepet sembuh yha Nak, Ayah Ibu dah kangen

Cerita Melahirkan

Menurut perhitungan dan hasil USG, harusnya hari ini Dinda lahir. Tapi Allah berkehendak lain, Dia ingin aku menimang Dinda lebih cepat, jadi Dinda lahir pada usia kehamilanku yg ke-38 minggu, 2 minggu sebelum HPL.

Hari Minggu tgl 26 Juli 09, aku, suami dan ibu mertua jalan2 ke pasar kaget di Kwitang. Pas lagi milih2 jilbab, tiba2 perutku berasa mulesss bgt, sakitt bgt, sampe keringatku segede jagung. Deggg... jangan2 hari ini, itu yg ada dipikiranku. Karena gak kuat, aku minta pulang. Aku catet waktu tiap mules datang/kontraksi, masih gak beraturan, kontraksi datang jam 9:25,9:35,9:40,10:05. Braxton hicks mungkin ato kontraksi palsu. Ibu mertuaku bilang "gak suwe nduk, koyoke wes cedhak"/"gak lama Nak, kayaknya udah dekat". Hari minggu berlalu tanpa ada tanda2 mo lahiran.

Hari Senin tgl 27 Juli 09, seperti biasa selama cuti ini tiap pagi pasti jalan ke pasar, pdhl banyak jg tukang sayur yang lewat depan rumah. Jalan tiap pagi dan senam hamil rajin aku lakukan demi untuk bisa melahirkan secara normal. Sarapan dan makan siang seperti biasa. Jam 15'an aku berasa perutku mules, ternyata aku diare, dan dalam waktu 1 jam aku dah 3 kali ke belakang. Menjelang jam 17'an aku berasa masuk angin, mual2 pengen muntah. Dibikinin teh anget ama mertua, kemudian di kerokin dan dipijitin. Bukannya malah baikan, perutku malah semakin mual dan akhirnya muntah banyak banget di dalem rumah + di belakang. Karena aku gak mau kejadian rawat inap bulan Mei 09 terulang lagi, maka aku banyakin minum biar gak dehidrasi. Tetapi setelah minum air putih banyak, air itu keluar lagi/muntah, begitu terus kejadian itu berulang sampek 4 kali, sama persis waktu Mei 09 itu.

Perutku kosong, aku lemes, nunggu suami pulang kantor. Sekitar jam 20:30 aku dan suami menuju RSIA Tambak, rencana mo periksa dan aku dah ada feeling bakal diopname kayak bulan Mei itu. Karena Dokter Kandunganku dr. Oni Khonsa sedang jam praktek dan aku gak bikin janji dulu, maka aku ditangani Bidan untuk sementara di ruang observasi, ditempat tidur yg sama persis waktu rawat inap kmrn. setelah ditensi tekanan darahku melonjak tinggi 140/100 padahal biasanya stabil di 100/70 ato 80.Perutku ditempeli alat rekam jantung bayi, CTG kl gak salah. Detak jantung bayi cepet banget dan dari situ ketahuan kl beberapa kali aku mengalami kontraksi tetapi aku gak berasa. Selama menunggu Dokter, aku ditest darah dan urin.

Jam 23'an aku dibawa masuk ke ruang dokter. Diperiksa dan di USG, kemudian Dokter membaca hasil lab dan laporan dari Bidan. "Viving, kamu ini pre-eklamsia berat, udah pernah baca?" "udah dokter' "Baik, saya akan jelasin lg apa itu pre-eklamsia dan dampaknya pada bayi dan kamu....bla bla bla bla....' panjang lebar dokter Oni menjelaskan ttg Pre-Eklamsia. Intinya Pre-Eklamsia itu :
1. Pembengkakan
2. Protein dalam urin tinggi
3. Hipertensi/tekanan darah tinggi
4. Perubahan pada refleks

"JADI KEHAMILAN KAMU HARUS SEGERA DITERMINATE, demi keselamatan kamu dan bayimu"............Degggggggg................Dhuuuuuuuuarrrrrrrrrrr........ kayak mendengar suara BOM yg di JW Marriot. Aku mikir akan diinduksi ato nunggu sampai besok pagi ato mungkin lusa ato mungkin seminggu lg dst."Jadi gimana Dok?" "saya harus segera ambil tindakan ving, operasi" "kapan Dok?" "kalo besok mah enak, saya masih bisa tidur dulu, istirahat dulu...yha sekarang dong sayangg, secepatnya"

Shock, kaget, nangis, dengan disaksikan 1 bidan 3 suster, suamiku dan Dokter Oni. Dokter Oni berusaha menenangkan aku dengan kata2nya yang menenangkan, tp tetep aja aku shock berat. Rasanya sia2 tiap sabtu aku senam hamil, rasanya sia2 aku jalan tiap pagi selama 1 jam sampek boyok rasane ate copot.Padahal posisi bayi sudah bagus, kepala udah di jalan lahir, lilitan tali pusat juga dah ilang, aku jg dah siap mo melahirkan scr normal, bahkan Rabu tgl 29 Juli itu rencananya mo cek panggul...Semua sia siaaaaaaaaaaa

Jam 23:30 keluar dari ruang dokter aku dibawa ke ruang observasi untuk ganti baju operasi, ditancepin infus ditangan kiri, di suntik test alergi di kulit tangan kanan yg rasanya suakitttt dan panas setengah mati. Tiap mo disuntik/ditancepin jarum aku selalu minta untuk nunggu suami, dan jawaban suster2 itu selalu sama "ini harus cepat bu, sekarang aja yha". Aku sendirian, suami mondar-mandir ngurus administrasi dan bingung jg krn belum pesen immunoglobulin/vaksin hepatitis untuk anakku. Suami nelp temenku Hery (thanks prend), untuk ngambil tas perlengkapanku u/ melahirkan yg udah aku siapkan jauh2 hari dan jemput ibu mertua. Setelah itu aku gak tau suamiku dimana, krn aku digelandang ke ruang operasi dan suami gak boleh nemenin.

Aku disuntik di ruas tulang belakang oleh dokter anestesi, kemudian terlentang tak berdaya, tangan kanan ada lilitan cek tensi otomatis tiap beberapa menit sekali, tangan kiri ada infus. Baju disibakkan ke depanku sebatas dada, lampu terang dan besar ada di atas perutku. Aku merasa kehausan, kesemutan, dan panasssss menjalar disekujur perut ke bawah, aku berasa gak punya kaki, dan aku juga menggigil kedinginan. "Cobak digerakkan kakinya bu" "berat Dokk" "sekarang lg dipasang kateter Bu, tenang aja, gak sakit", emang sih aku berasa tapi aku gak berasa sakit, aku masih sadar. "Dokterrrrrrr........hausssssss.....' "iyha, sabar yha Bu" "dokterrrrrr........ Dinginnnnnnnnn", "iyha bu", aku hanya bisa bicara pada dokter anestesi, sedangkan dokter yang lain sibuk mengoyak2 perutku yang rasanya emang kayak dikoyak2. Kemudian Dokter anestesi membungkus kepala dan telingaku dengan selimut tebal. "Dokterrrrrrr.....haussssssss' "dokterrrrrrr dinginnnnn", hanya itu kata2 yg keluar dr mulutku dan berulang-ulang.

Dokter Oni ada disamping kiri, melongokkan wajahnya dan bilang "udah lahir Ving, cewek, cantik", aku tanya ke dokter anestesi "jam berapa Dok?" "00:20" "Alhamdulillah" "bayinya sedang diselimuti yha bu, nanti abis ini IMD(Inisisasi Menyusui Dini)", tak lama kemudian si bayi mungil itu ditempelin ke dada ku, hanya dengan dibalut selimut dan topi, dia masih berlumuran lendir2, dia merengek2 dan berusaha mencari2. aku hanya bisa menangis dan menangis sambil mengucap hamdalah, setelah ketemu dia hanya menjilat2. Aku menangis terharu dan bahagia, speechless.

Tak lama kemudian aku merasakan panas di perut sebelah kanan,"Dokterrrrr.......panassss.......perut sebelah kanannnnn", dokter anestesi segera menyuntikkan sesuatu diinfusku, setelah itu aku gak ingat apa2, sepertinya tertidur... zzzzzzzzzzz........

Waktu bangun aku liat sekeliling hanya kelambu2 warna putih, dan semua tampak berputar2, aku ngeflyyyyyyyyyy.........kemudian aku gak sadar lagi. Waktu bangun yg kedua kalinya aku baru sadar aku dah gak di ruang operasi, tp aku jg gak tau itu di ruang apa. Tak lama kemudian 2 suster datang, membersihkan bagian bawahku yg mungkin banyak darah. Kemudian aku DIPAKSA miring ke kiri sambil diomel2in ama susternya yg jahat, krn aku bilang gak bisa dan sakit banget...hikss...

Setelah itu aku liat jam, pukul 03:30. Aku didorong menuju kamar perawatan, di depan pintu aku bertemu suami dan ibu mertuaku. Aku liat suamiku masih pake baju batik, baju khasnya di hari senin, aku tau dia gak sempet ganti baju, bahkan mungkin dia belum makan malam,wajahnya menampakkan kelelahan, tapi dia masih bisa tersenyum untukku, i luv u mas.
Setelah itu kejadian2 menyakitkan menunggu, mulai dari berbaring seharian, di hari kedua belajar miring kiri dan kanan yang sakitnya minta ampunn, belajar duduk dan jalan di hari ketiga dan hari ke-4 aku baru boleh pulang. selain itu juga tangan kiriku mengalami pembengkakan akibat infus, jadi infus harus dipindah ke tangan kanan, suntikan antibiotik yang bikin aku menangis saking sakitnya, serta banyak banget obat yg harus aku konsumsi.

Rasanya aku disiksa di kamar 205 lantai 2 RSIA Tambak, rasanya sakiiiiiiitttttttttttttttt....entah berapa kali aku menangis, udah gak keitung. Satu2nya hiburan yaitu ketika bayiku di bawa ke kamar dan mik ASI dari dadaku, rasanya semua sakit itu tiba2 lenyap. i luv u sayang...

Begitulah ceritanya, pesan moral yang dapat diambil yaitu "SELAMA GAK ADA GANGGUAN/HAMBATAN, JANGAN PERNAH MEMINTA UNTUK MELAHIRKAN SECARA CESAR"

Terimakasih atas doa dan dukungan dari teman2 semua, sehingga aku bisa melewati semua ini...Thanks a lot

-Jl.Percetakan Negara 2 Gang Kopra 3 No. 20, Johar Baru-
-Sabtu, 7 Agustus 2009 10:30-

Hallo World!

Halo Om dan Tante...Terimakasih yha sudah mendoakan aku, akhirnya aku lahir juga, menambah sesak dunia ini, khususnya Jakarta.
Perkenalkan namaku Nadindra Eka Faustina, BB lahir 2770 gram, panjang lahir 47 cm. Aku bisa dipanggil Dinda, sebenernya sih Dindra, tapi aku yakin Om dan tante bakal belibet ntar manggilnya, jadi panggil Dinda aja yah.
Kata Ayah dan Ibuku, Nadindra (bhs Sansekerta) artinya sungai yang besar/dalam, Eka (bhs Sansekerta) artinya pertama, Faustina (bhs Latin) artinya keberuntungan. Jadi kalau dirangkai kurang lebih artinya anak pertama yang semoga luas keberuntungannya... maksa dikit gakpapa lah yha.. Sudah dulu yha Om dan Tante, aku mo nenen dulu...


-Jl.Percetakan Negara 2 Gang Kopra 3 No. 20, Johar Baru-
-Sabtu, 7 Agustus 2009 09:00-